#PiyambakanTrip: Mari Memulainya!

Hualoo!!

#Piyambakan itu memang kadang-kadang terasa tidak enak. Apalagi kalau #PiyambakanTrip. Beberapa orang menganggapnya aneh. Jalan-jalan kok sendiri? Berbeda dengan diriku yang pengen banget ngerasain #PiyambakanTrip dan ini baru bisa aku lakukan di awal April.

Istilah #PiyambakanTrip baru aku kenal dari Enthon9 dan Bernad yang sering banget share tentang #PiyambakanTrip mereka di Twitter atau Instagram.  Pertama mendengar itu, langsung terlintas di benakku, “aku kudu melakukannya suatu hari nanti!”

Dan niat itu semakin menggebu-gebu di tahun 2013 ini, sampai dimasukkan ke dalam bucket list 2013. Mulai sering mengkhayal tentang enaknya jalan-jalan sendiri di sebuah tempat, bersantai sendirian tanpa ada yang mengganggu. Dalam khayalan, semua itu terasa menyenangkan sekali!

Padahal, aku sendiri belum pernah melakukan #PiyambakanTrip.  Paling sering liburan sama teman atau gak sama saudara. Namun selalu ada saatnya untuk mencoba sesuatu yang berbeda. Dan ketika saat itu tiba, semua perasaan menjadi satu, takut tapi pengen, gak yakin tapi ngebet, gado-gado deh!

Persiapan, Walau Kilat Tetap Harus Matang

Niat sudah ada, tinggal pelaksanaannya. Dari beberapa blog yang dibaca dan saran teman-teman juga, kalau masih belum terlalu pede untuk jalan-jalan sendiri, kunjungilah tempat yang setidaknya sudah dikenal. Maka ketika Lala pindah kerja ke Ubud disusul Dekcer yang juga pindah ke Denpasar, langsung saja kepikiran untuk mengunjungi mereka ke Bali! Toh, Bali kan pulau liburan mainstream, sudah beberapa kali juga ke sana, jadi merasa lumayan tenang sedikit, gak terlalu takut tersesat di sana.

Setelah mengambil keputusan, langkah yang seharusnya dilakukan adalah booking tiket, hotel dan bikin litenary perjalanan. Tapi tidak oleh Utied yang pemalas ini, hal yang kulakukan pertama adalah, mencari gadget penunjang foto-foto.  -__-“

Sehingga ketika gadget sudah di tangan, baru kelabakan mencari tiket dan hotel. Kesalahan kedua yang dilakukan adalah, yang kubeli adalah tiket pulangnya, bukan tiket berangkatnya. Hal ini disebabkan masih nego hari apa mau nginap di kostan Lala. Sehingga dapat tiket pulang yang murah, tapi tiket berangkatnya mahal karena dibeli secara  mepet.

Tiket sudah di tangan, namun tetap saja rasanya masih pengen mengubah tanggalnya karena gak ngerasa yakin bisa berangkat sendiri. But show must go on! Lirik list dan  yang kemudian aku kerjakan adalah… nyuci underwear dan masukin laundry. Catatan: ini termasuk persiapan penting loh, gak mau kan kehabisan daleman ketika liburan?

Berteman dengan google adalah langkah selanjutnya. Untuk mendapatkan harga hotel yang murah, aku memilih untuk mencari diskonan dari Agoda, RajaKamar dan web-web sejenis lainnya. Berdasarkan rute trip Kuta-Ubud-Kuta, berarti minimal butuh 2 hotel. Dari Agoda, aku mendapatkan penawaran bagus untuk sebuah hotel bintang 4 dengan harga hanya 400rb saja. Dan sisanya, aku menginap di Tune, yang merupakan hadiah dari si papa yang khawatir anaknya bakal terlunta-lunta di Bali. Catatan: jangan malas membaca review, ulasan dan tips dari orang-orang,  juga jangan mencari review dari satu sumber saja.

Teliti Sebelum Berangkat

Failed lain yang terjadi padaku adalah tidak terlalu hati-hati membaca jam keberangkatan. Ini FATAL! Hampir saja ramalan si papa bahwa anaknya pasti bakal gak hati-hati, terjadi. Di H -1 sebelum berangkat, baru sadar bahwa ternyata akan tiba di Kuta siang hari, bukan malam hari. Padahal rencananya kalau tiba malam hari, mau ngetem saja di KFC Kuta sampai pagi baru berangkat ke Ubud, lah kalau nyampenya siang, masak mau ngetem di sana seharian? Sementara Lala belum bisa ditemui hari itu.

Panik mencari hotel mengakibatkan tidak terlalu hati-hati dalam membaca review yang lain. Memilih hotel yang memiliki fasilitas Airport Pickup tapi tidak memperhatikan jaraknya dari keramaian, membuat aku terdampar di A Residence Kuta yang jauh banget dari jalan raya. Masih mending menetap di hotel-hotel jalan Poppies deh.

Kuatnya Niat dan Tekad itu Penting

Sebelum berangkat, aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Hamide dan Bernad. Di depan mereka berdua, aku mengakui bahwa mulai ngerasa gak yakin untuk pergi sendirian. Takut di sana sendiri, takut dikerjain orang gak dikenal, takut tersesat, dan takut-takut yang lainnya. Untungnya mereka berdua pinter meyakinkanku.

Walaupun begitu, malamnya juga masih dilema sendiri. Kok bisa sih senekat ini? Bahkan ketika sudah berada di bandara Adi Sutjipto saja masih merasa pengen balik. Tapi begitu melihat langit biru yang jernih di kawasan bandara, akhirnya merasa yakin lagi. Dan perasaan semangat yang begitu kuat terasa ketika melihat daratan Bali dari udara, hal yang terngiang terus di kepalaku.. “I’m doing this! I’m really doing this! FINALLY!”

#PiyambakanTrip mungkin terasa aneh, bahkan ada yang nanya di Twitter, enaknya apa sih? Namun setelah menjalaninya sendiri, malah ketagihan dan mulai merencanakan perjalanan selanjutnya. Duduk sendiri di tepi pantai menikmati sunset sambil dengerin lagu dari playlist itu rasanya enak loh! Yakinlah!

 

 

 

Menikmati sunset di #PiyambakanTrip

 

 

1 Comment

  1. tediscript

    wow wangun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


6 × = twelve

© 2024 Utied Putri

Theme by Anders NorenUp ↑