Your fingertips across my skin
The palm trees swaying in the wind
Images

You sang me Spanish lullabies
The sweetest sadness in your eyes
Clever trick

Dear Lelaki yang bermata tajam, yang pernah menatapku begitu dalam, sehingga terasa di lubuk hatiku yang tergelap, aku ingin jujur kepadamu, aku terpesona kepadamu.

Kamu dengan pesonamu, kamu dengan tatapanmu, bahkan suaramu yang dalam itu saja dapat membiusku, iya, kamu, kamu sudah memenjarakanku di sini.

@lelakibermatatajam: “our voice maybe small, but together we can make the world hear us.”

Aku ingat ketika pertama kali mengenalmu, bukan dari sebuah perjumpaan biasa, aku mengenalmu dari kicauanmu. Tertawa geli aku mengingatnya, bagaiamana dunia maya menjadi awal perkenalan kita.

Ketika itu aku kagum kepadamu, kamju memang masih muda tapi mau berjuang untuk orang lain yang sedang kesusahan, kamu memilih 140 karakter untuk meneriakkan ketidakadilan dunia di hari itu. Teriakanmu terdengar di telingaku, kemarahanmu dapat kurasakan melalui mataku. Sejak saat itu aku kagum padamu.

Social Media memang dunia yang unik, tak pernah kuduga salah satu keunikannya adalah bisa membuat seseorang jatuh cinta, dari sosok pencitraan dunia maya. Aku tahu aku bukan satu-satunya.

@aku: ~And he fights for his life. Where people are pleasantly strange, And counting the change. And he goes..Nobody knows~

Semenjak saat itu, kusaksikan perjuanganmu setiap hari, untaian kata-katamu dalam dunia 140 karakter, entah kenapa ketika itu aku bisa merasakan kuatnya kharismamu. Tak pernah sedikitpun kamu mengeluh, walaupun kamu tahu perjuanganmu sulit, namun kamu tetap selalu yakin. Itu yang membuatku kagum.

Perkenalan pertama kita pun lewat sapaan di dunia maya ini. Temenku yang iseng mengajakmu dalam obrolan kami. Dan aku heran kenapa kamu mau menanggapi yang orang asing ini bahkan mau ‘mengikutiku’ padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya. Wajar saja sih sebenarnya perkenalan seperti ini, namun aku tetap merasa ini seperti sebuah sanjungan bagiku.

Lalu kita mulai berkomunikasi, terkadang berupa komentar atas quote-quote yang kita lemparkan, terkadang hanya menambahkan senyum di kalimat 140 karakter masing-masing. Pesanmu dalam inboxku selalu kubaca berulang kali, kupikir saat itu ini hanya obrolan biasa, tapi ternyata aku salah.

@lelakibermatatajam: “Kita memiliki rute yang sama, daerah yang berdekatan, tapi kita tak pernah bersinggungan, katakan di persimpangan mana kamu berbelok?

Kita mengenal orang-orang yang sama, berada di lingkup pergaulan yang sama, tapi kita tak pernah bertemu sebelumnya. Padahal seharusnya, aku sudah mengenalmu dari dulu, tapi  Takdir, si Mak Comblang yang labil, malah memilih bulan Mei sebagai saat pertemuan kita pertama. Di kafe yang sebenarnya adalah tempat favorite kita walau kita tidak pernah sama-sama berpapasan sebelumnya karena kita mempunyai  jam kunjung yang berbeda.

Genggaman tanganmu di waktu itu, hangat, erat dan membawa perasaan menyenangkan bagiku. Kamu sudah seperti yang kukira, kamu begitu kharismatik. Suaramu yang tegas menggambarkan watakmu yang keras. Dan aku pun terjatuh pada pesonamu, di malam itu.

Sejak saat itu, kita bergulat di dunia 140 karakter, saling berkomentar, saling mengirim pesan, dan yang tidak kamu tahu aku sebenarnya tentu saja berita tentangmu lebih banyak daripada berita yang menyebutkan namaku.

@lelakibermatatajam: “Topeng yang kalian sebut #pencitraan itu, suatu saat akan menjebak kalian. Apakah kalian begitu lelah menjadi diri sendiri?

Ketika semua orang berusaha menampilkan pencitraan diri yang bagus atau rapuh sekalian di dunia itu, kamu termasuk di segelintir orang yang tak pernah menipu dengan menghadirkan sosok yang berbeda. Kamu tetap tampil menjadi dirimu sendiri. Itu adalah salah satu perbedaanmu. Kamu tidak pernah memakai topeng apapun.

Aku salah menerjemahkan perasaanku. Kukira awalnya hanya sebuah kekaguman, sebuah apresiasi terhadap sosok yang indah, tapi bukan, itu lebih dari sebuah kekaguman. Rasa itu berubah jadi sebuah perasaan yang dalam, kepadamu.

Tapi aku benci! Aku benci pada situasi di mana aku terkukung oleh dirimu, Tahu kah dirimu, semua tentang dirimu telah memenjarakanku di sini? Di ruang hatiku sendiri. Bahkan aku tak bisa melihat yang lain. Semua tertutup oleh pesonamu.

Suaramu dan candamu bahkan selalu terdengar di telingaku, walaupun kamu tidak berada lagi di sekelilingku. Kamu ada di bayangan kaca ketika aku bercermin. Kamu ada di sekelebatan pandangan setiap aku menorehkan kepalaku. Kamu ada di sudut mataku ketika aku sedang melirik. Kamu ada di ujung helai rambut yang terjatuh di keningku.

Aku tidak mungkin memilikimu, aku tahu itu. Sudah ada dia yang tak kalah indahnya, di sebelahmu. Terkadang aku bingung, apa yang kamu ceritakan tentang aku kepadanya? Dia adalah seseorang yang terkenal juga, tiba-tiba ingin mengenalku, begitu saja. Dan kamu hanya berkomentar;

@lelakibermatatajam: “Never taught yourself as an ordinary person, you’re so amazing and that makes you an extraordinary person.”

Hal lain yang membuatku menyukaimu adalah, kamu sangat jenius, aku heran dengan hal-hal yang bisa bercokol di otakmu. Kamu adalah orang paling enak diajak bertukar pikiran. Berdiskusi denganmu takkan pernah bisa sebentar, selalu dipenuhi dengan mimpi-mimpi yang ingin kita raih. Target-target yang ingin kita capai. Tempat-tempat yang ingin kita kunjungi. Bahkan kita memiliki kota yang impian yang sama, Itali. Salah satu dari persamaan di antara banyak perbedaan kita.

@lelakibermatatajam: “Ingin berjalan-jalan sore, di pelosok Florence sambil bercerita tentang sejarah dari setiap patung yang berdiri di sana, sambil menggenngam tanganmu.

Andai saja aku mau memperjuangkan perasaan kepadamu. Andai saja aku bisa menjadi diri sendiri. Andaikan aku tidak terikut dengan orang-orang lain, aku tidak menampilkan pencitraan yang berbeda, mungkin, mungkin sekarang ini kita masih bisa berdekatan.

Terlupa olehku betapa kamu tidak menyukai orang-orang yang menipu dirinya sendiri itu. Karena aku kini malah menjadi salah satu dari mereka. Menampilkan diriku di dunia itu dengan topeng yang berbeda, hanya agar orang-orang mengenalku. Seperti orang-orang mengenalmu.

@lelakibermatatajam: “Pelangi yang dulu kulihat di matamu, telah berganti menjadi hujan karena tarian yang kamu mainkan sendiri.

Apakah itu buatku? Apakah aku begitu berubah? Apakah aku sendiri yang menyebabkan kamu menjauh?

Walaupun kita tak pernah berbalas lagi di dunia itu , aku tetap mengikuti perkembanganmu. Aku tahu bahwa tidak lama lagi kamu akan segera meninggalkan kota ini. Pergi untuk mengejar mimpimu.

I never want to see you unhappy
I thought you’d want the same for me

Kamu dan mimpi-mimpimu. Mimpimu adalah hidupmu, mimpimu adalah nafasmu, semua langkahmu adalah untuk mengejar mimpimu. Sementara, mimpiku adalah bisa berada dalam mimpimu.

Impianku adalah bisa berada dalam impianmu. Doaku adalah melihatmu mencapai semua mimpimu, tapi doa egoisku yaitu kamu menggapai mimpimu bersamaku.

Ahh kamu lelaki yang bermata tajam yang sangat kusayangi. Maafkan aku yang terlalu jatuh dalam pesonamu. Tak pernah kusesali hatiku yang tertoreh namamu, tapi kusesali tak sempat kuukir namaku di hatimu.

Setiap sakit yang kurasa bila melihatmu berbicara dengan Dia, tak sebanding dengan kegembiraan melihat sosokmu di hadapanku. Setiap keresahan karena jauhnya dirimu, terhapuskan dengan kegembiraan karen kemunculanmu di garis masaku.

Bukanku tak ingin jujur padamu, kata-kata pengakuan itu selalu tertelan, kalah oleh tatapan tajam matamu. Toh rasa ini juga indah bila disimpan sendiri. Setidaknya aku meyakini itu.

Goodbye, my almost lover
Goodbye, my hopeless dream

Mungkin perasaan ini tak seharusnya tersampaikan. Karena pesonamu pun terlalu indah untuk dilupakan. Hanya senyum dan doa yang kupersembahkan untukmu, mengawali perjalananmu esok.

Aku tetap ada di sini, menunggumu untuk berbagi cerita lagi, wahai lelaki bermata tajam. Kuharap matahari di kota itu takkan mengurangi kharismamu, dan badai yang kan kau temui kelak hanya akan membasahimu sekejap. Mungkin aku tak bisa berlari membawa payung untukmu, tapi akan selalu ada awan kirimanku yang menjagamu. Jadi jangan pernah kamu takut.

@aku: “Awal perjalananmu, awal penantianku. Jangan khawatir, setiap kamu menoleh, ada aku yang berada di sini menunggumu.

@aku: “ Kuusir hujan dengan mantra terindah. Bila kamu kembali nanti, akan kamu lihat pelangi yang sama, masih menghias di mataku.

Silahkan melangkah lelakiku , semoga kita bisa bertemu di impian yang sama. Kamu tetap menjadi impianku.

 

*terinspirasi Almost Lover – A Fine Frenzy*